lombok (still) hidden paradise (2 pagi)

Hari kedua. dini hari..

Secara otomatis seakan ada jam weker di dalam otak yg berdering membisiki bawah sadar untuk bangun.. “woi bangun.. katanya mo motret bintang di pantai”
sekilas melirik jam masih menunjuk jam 4 kurang waktu indonesia tengah.
bergegas segera memasukan peralatan kamera berdampingan dengan makanan kecil dan botol minuman yang menjadi teman campur aduk di dalam daypack. tripod yang tergeletak di samping meja juga tidak luput diikatkan ke samping tas.
tak lupa minum air putih seteguk dua teguk untuk menyegarkan tubuh yang tadi malam tertidur dengan sangat lelap.

Diluar masih sangat gelap,apalagi saat itu cm ada 2 tamu di bungalow ini. bergegas menuju parkiran motor di depan, meletakan tas di bagian tengah motor bebek sewaan dan kemudian menuju pagar depan. waks.. kok ada rantai gede melingkar diikat dengan kunci gembok…

Wah kemarin lupa nitip pesan ke mas wawan kl besok pagi keluar buat hunting sunrise 🙁
mau membangunkan kok kesannya ndak sopan ya.. rasa pekewuh khas orang jawa muncul di saat meragu antara balik ke kamar dan melanjutkan tidur atau mencoba mengetuk pintu untuk minta tolong dibukakan pintu pagar..

Melihat ke langit dan cukup banyak bintang membuatku sayang untuk melanjutkan kembali ke peraduan, tapi untuk membangunkan mas wawan yang mungkin sedang menikmati lelapnya dibuai mimpi juga saya merasa ndak enak..

Ahkirnya pasang tripod di depan bungalow, kamera mulai dikeluarkan dari tasnya. cable release juga akhirnya mulai tercolok di tempatnya. tak lupa melepaskan filter CPL dan memasukan ke kotaknya karena filter CPL saya ini kalau ndak salah menurukan sampe 1,5 stop jadi kurang cocok kl untuk pemotretan malam yg gelap seperti ini.

suasana pemotretan malam

Dengan sedikit mengira2 dan setingan kamera pada iso 1600 dan bukaan terbesar f/3,5 maka trial shoot pertama sekitar 30 detik untuk mengetahui exposurenya dan juga mencoba komposisinya. hmm.. setelah direview kok kurang begitu bagus hasilnya. komposisi terkesan nanggung dengan mobil yang terpotong dan adanya kabel listrik di sebelah kanan. ahkirnya dicoba dengan posisi vertikal. ceprettt… cek lagi komposisinya sudah cukup lumayan tinggal digeser dikit. recompose.. ceprettt… akhirnya 5 file dengan speed 6, 12, 12, 12, 9 menit tak terasa sudah selesai diambil.

5 foto malam

Tak terasa sudah jam 5 pagi lewat sedikit ketika akhirnya mas wawan keluar dari rumah. “bangun jam berapa mas wid ?” sapa mas wawan ketika melihat saya di luar halaman.

Akhirnya mas wawan menawari saya untuk menemani naek ke bukit di belakang penginapan. “cuma 5 menit kok sampai ke atas mas” ujar mas wawan. saya sedikit ragu karena terbiasa mendengar ucapan cm 5 menit atau cm dekat yang berujung jalan panjang dan lama hahahaha..

Tak berapa lama kamipun sudah menyusuri jalan setapak yang mengarah ke bukit. di sepanjang perjalanan mas wawan bercerita mengenai pertambangan emas yang 2 tahun lalu sempat booming dan menyebabkan perubahan perekonomian cukup besar untuk masyarakat. bahkan dari hasil tambang emas rakyat tersebut cukup banyak masyarakat yang bisa membeli rumah dan mobil.. wew…

Tapi memang antara pertambangan dengan pariwisata terutama yang menjual keindahan alam akan saling kontradiksi.. dan semoga tidak sampai nanti tempat yang masih alami ini bakalan tergerogoti oleh kegiatan pertambangan maupun exploitasi yang lainnya.. biarkan lombok tetap seindah ini tapi masyarakatnya juga bisa meningkat perekonomiannya…
hmm.. keliatannya seperti mimpi indah di pagi yang sejuk ini..

Sejuk… tidak salah tulis nih..
padahal semenjak perjalanan dari penginapan sudah beberapa kali saya musti berhenti untuk sekedar mengambil napas dan juga mengelap keringat yang mulai menetes membasahi kacamata saya, mengaburkan pandangan. napas sudah mulai tidak beraturan pertanda bahwa kontrol jalan saya agak kacau. puncak bukit sudah terlihat kurang sedikit lagi. tapi jalan menanjak berkisar antara 50-70 derajat cukup menguras stamina. ingin berhenti lebih lama tapi di belakang langit sudah mulai terlihat memerah pertanda matahari akan segera muncul dalam waktu dekat.

Teringat nasehat bang Don ketika bertemu di Papandayan awal oktober lalu, kalau naek gunung beristirahatlah sebelum badan berasa capek. dengan mengambil banyak napas dan juga menekukan badan ke depan untuk mengembalikan perederan darah kembali ke otak.. sudah terlambat sih karena badan sudah berasa capek.. tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali hahahaha…

Perjuangan cukup lumayan melelahkan terbayar dengan keindahan yang tersaji di atas bukit. langit berwarna oranye di depan mata mulai terlihat mengisi bagian bawah yang berdekatan dengan pebukitan. Awan berwarna kelabu berarak seakan enggan melepas sinar matahari pagi.

lensa canon 10-22 yang semula terpasang di kamera akhirnya saya lepas dan berganti dengan lensa tele 70-200 untuk lebih bisa menangkap suasana pagi yang berkabut.

pesona lombok barat

pesona lombok barat

Di kejauhan kabut mulai terlihat menyelimuti pegunungan. bukit yang masih belum tersentuh sinar matahari membentuk siluet pagi yang indah dengan latar belakang matarahari dengan bentuk bulat yang sempurna.

menikmati pagi

Hangatnya sinar pagi mulai terasa menyetuh pori pori kulit tubuh. Suara nyanyian burung mulai terdengar mengisi keheningan pagi ini. Mungkin inilah yang dinamakan membuka hari sembari mengisi jiwa dengan suara alam. Keindahan yang sempurna untuk mengawali hari yang indah di semenanjung barat daya pulau lombok..
i found another paradise on earth here.

(bersambung)

 

Scroll to Top