Kemping Ceria Ketep bersama keluarga

Sabtu pagi yang cerah kami ber empat, Kakak saya Satrio dan putranya Kael, saya dan adik saya Johan, berdiri memandangi gunung Merbabu dan Merapi yang sebagian tertutup awan. Langit biru menghiasi latar belakang pemandangan yang terpapar di depan mata. Padahal sore hari sebelumya di tempat yang sama, kami diselimuti kabut tebal yang menghalangi pandangan. Saat ini kami sedang Kemping Ceria Ketep, yihaaaa !!!

Dalam seminggu ini, saya 4 kali begadang demi mendapatkan beberapa jepretan langit malam. Yang pertama di Rembang, yang kedua di Karanganyar, yang ketiga di Cepogo dan yang keempat di Ketep kali ini. Hidup yang menyenangkan bisa melakukan aktivitas yang kita sukai.

Rencana kemping ceria di Ketep ini sudah direncanakan bebearpa hari sebelumnya untuk mengisi waktu liburan sekolah keponakan saya. Kami mencari lokasi yang tidak terlalu susah dijangkau dan mobil masih bisa parkir di dekat tenda. Karena memang seperti biasanya kalau berkemah dengan keluarga kakak saya ini selalu membawa perlalatan buat meneropong bintang.

kemping ceria ketep

Jumat sore, Gunung Merbabu dan Merapi tertutup awan ketika kami masih dalam perjalanan dari Solo menuju ke Boyolali. Ketika memasuki jalan selepas pasar Cepogo, kondisi jalan ternyata baru ada pelebaran jalan. Di beberapa ruas jalan, sistem buka tutup dilakukan karena hanya satu jalur jalan yang berfungsi. Belum lagi banyaknya truk yang mengangkut pasir yang kami temui di sepanjang perjalanan sehingga 2 jam kami baru sampai di Ketep.

kemping ceria ketep

Kabut tebal sudah mulai menutupi Ketep, sehingga matahari terbenam pun terlewatkan, padahal kalau cuaca cerah kita bisa melihat barisan pegunungan Sundoro Sumbing. Selepas maghrib pun belum ada tanda-tanda cuaca akan berubah cerah. Menunggu sembari mengobrol dengan salah satu warung yang menjual jagung bakar yang mengatakan biasanya pagi hari cerah, sore memang sering berkabut.

kemping ceria ketep

Spagheti plus kornet ala chef Kael merupakan menu makan malam kali ini ditambah kopi hangat. Bulan yang separo terkadang keliatan sebentar dan kemudian kembali tertutup kabut. Begitu pula Venus dan Jupiter yang mulai beringsut ke balik kaki langit. Cuaca masih belum berubah, kami tetap berselimutkan kabut dan dingin udara pegunungan.

Selepas jam sembilan malam, kabut mulai perlahan menghilang. Dan di depan mata terpapar siluet punggungan gunung Merbabu dan gunung Merapi, berhiaskan taburan bintang.

kemping ceria ketep

Pemandangan yang selalu saya cari ketika bermalam di alam. Bentangan kabut putih bima sakti pun terlihat melintang di atas gunung Merapi. Semakin malam cuaca semakin cerah. Dan saya berpesta menghabiskan memory card saya dengan jepretan demi jepretan malam penuh bintang.

kemping ceria ketep

Saya membawa dua kamera, dan satunya saya serahkan ke Kael untuk digunakan memotret malam. Dan hasilnya pun cukup bagus. Merapi di malam hari.

kemping ceria ketep

Selepas tengah malam, bima sakti mulai terlihat tegak lurus di arah selatan. Dari tempat kami berkemah view arah selatan kurang begitu bagus, dan juga terganggu dengan cahaya lampu. Sehingga akhirnya sekitar pukul 1 pagi saya putuskan masuk ke dalam tenda menyusul saudara saya yang sudah lebih dahulu lelap dalam peraduannya.

Sekitar pukul 5 pagi sudah mulai terbangun dan bersiap dengan kamera dan tripod mengabadikan keindahan alamnya. Semburat oranye keunguan memenuhi langit pagi itu. Dan tak lama kemudian lokasi rame dipenuhi pengunjung yang ingin menikmati matahari terbit.

kemping ceria ketep

kemping ceria ketep

kemping ceria ketep

Sayang pada saat ini, kurang tepat untuk menikmati matahari terbit di Ketep karena matahari akan muncul di balik punggungan gunung Merbabu. Dan itupun sudah dalam kondisi sudah cukup tinggi. Sekitar pukul 6.40 matahari memancar dari punggungan Merbabu dengan sinarnya terangnya.

“Kalau pas musim hujan matahari terbit diantara Merbabu dan Merapi mas” ucap salah satu ibu penjaga warung yang sudah mulai membuka dagangannya.

kemping ceria ketep

Kami masih menikmati pagi dengan mencoba mengamati beberapa pemandangan jarak jauh dengan teleskop yang kami bawa. Kami mengintip Pasar Bubrah di Merapi yang saat itu juga terlihat beberapa tenda. Pagi yang indah, dengan langit biru dan hangatnya mentari.

kemping ceria ketep

kemping ceria ketep

Kami pun kemudian mengemasi peralatan, dan kembali pulang ke rumah. Tentunya setelah jeprat-jepret narsis dulu 😀

kemping ceria ketep

kemping ceria ketep

Minggu depan, kembali memanggul ransel menapaki punggungan Gunung Argopuro, dan mudah-mudahan diberi cuaca yang bersahabat sehingga bisa membawa pulang foto-foto indah dari Argopuro.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top