Dalam perjalanan #PulangKePapua selama kurang lebih satu bulan ini, team dibekali satu drone DJI mavic pro yang sengaja dibeli sebelum berangkat. Sayang kalau sudah melewati tempat tempat bagus kalau tidak ada dokumentasi aerialnya. Walau cukup menguras budget perjalanan team, tapi pertimbangan kami untuk melengkapi pengambilan foto dan video dengan drone di Papua.
Table of Contents
Keuntungan Mavic Pro
Pilihan menggunakan drone DJI mavic pro karena ukurannya yang cukup kompak. Ketika dilipat, drone dengan 2 baterai cadangan dan remote bisa masuk dalam satu tas kamera, bersama dengan 1 dslr, 4 lensa dan 1 mirorless.
Selain ringan, mavic pro juga terbilang cepat dalam penyiapan sebelum terbang. Kita hanya perlu melepas gimbal lock dan pelindungnya, membuka empat kakinya yang terlipat, menyalakan remote, menaruh drone di tempat datar yang tidak terganggung medan magnet, menyalakan baterai drone, menunggu sebentar untuk menangkap satelit dan drone siap terbang. Kurang dari 5 menit untuk menyiapkan drone dari dalam tas dan siap terbang.
Dari satu baterai, kami membawa 3 baterai, drone bisa terbang normal sekitar 25 menit. Jadi kalau punya rencana jalan di banyak tempat dalam satu hari biasanya terbang 10 menit ambil foto dan video, drone bisa turun untuk separo baterai nanti digunakan di tempat berikutnya.
Untung di beberapa tempat, walau kadang listrik nyala hanya malam hari seperti di Arborek, listrik sudah cukup untuk mengisi baterai kamera, laptop dan drone. Jadi rencana kami bisa paling tidak sehari bisa terbang beberapa kali.
Kendala di Lapangan
Nah sekarang beberapa kendala di lapangan yang kami temui ketika menerbangkan drone di Papua untuk mendokumentasikan Papua dari udara.
Cuaca
selama hampir satu bulan kami di Papua, cuaca bisa dibilang 60% berawan, mendung dan hujan. Jadi lupakan sunrise dam sunset yang cetar membahana. Terkadang juga pas cuaca sedikit cerah kami sedang dalam perjalanan dan tidak bertemu dengan tempat yang cukup bagus foregroundnya. Pernah waktu di Merauke, di pantai lampu satu, cuaca bagus, dan sunset membahana, tapi angin di Merauke kencang bikin kami berpikir ulang menerbangkan drone di sana.
Adat
Di beberapa daerah di Papua, adat masih cukup berpengaruh. Kami sebagai orang luar mau tidak mau harus menghormatinya. Daripada kami melanggar dan nantinya kena denda. Solusinya kami selalu mengajak orang setempat, menanyakan ijin apakah diperbolehkan menggambil foto dan video dan menerbangkan drone. Tanpa itu kami berpikir ulang untuk menerbangkan drone, padahal banyak tempat yang droneable banget lho. Kampung adat, pegunungan yang berjajar di sepanjang perjalanan.
Bandara
Beberapa tempat yang kami datangi, seperti Wamena, Yalimo mempunyai bandara di kota. Jadi kalau biasanya paling mudah terbangkan drone dari depan tempat kami menginap. Selama di Wamena kami terpaksa mengurungkan niat menerbangkan drone. Pesawat hilir mudik begitu di atas kepala kami hahahaha.
Perencanaan
Perjalanan #PulangKePapua kali ini kami jauh dari yang namanya perencanaan. Yang ada hanya kami mendapatkan beberapa tempat besarnya, misalnya kabupaten mana. Waktu, kita mau kemana dan mau ngapain nanti tergantung lokasi di lapangan. Jadi yang biasanya perjalanan sudah ada gambaran bakalan ambil shot A, B, C. Ini cuma bisa berharap pas di lokasi nanti ketemu dengan lokasi yang bagus hahahaha…
Dengan segala keterbatasan dan kendala menerbangkan drone di Papua yang kami temui, kami masih beruntung bisa mendapatkan beberapa foto dan footage yang bisa menangkap beberapa penggalan cerita dari perjalanan #pulangkepapua yang kami sudah lewati.
Perlu lebih banyak belajar lagi dari banyak sumber, perlu lebih banyak lagi menerbangkan drone supaya bisa semakin banyak mengabadikan keindahan alam Indonesia dari udara.
Pingback: Sharing Perjalanan Papua - Landscape Indonesia