Kami beruntung bisa beberapa kali menginjakan kaki ke Tana Toraja. Walau memang pada saat ke Toraja dulu masih belum menggunakan kamera sebagus sekarang, beberapa kali hanya membawa kamera poket, sekali dapat pinjeman kamera dslr, itupun pertama kali menggunakan dslr dan keracunan, dan sekali menggunakan kamera canon 450D dan tentunya skill memotret masih pas-pas an. Tiap kali mata memandang bertemu dengan bentangan sawah dan Tongkonan, rumah panggung dari kayu yang merupa rumah tradisional Toraja. Udara segar khas pegunungan dan pemandangan indah serta budayanya yang masih terjaga membuat Toraja memang menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Untuk para penggemar foto pemandangan alam, Tana Toraja ibaratnya gadis yang sedang bersolek. Di pagi hari, berkeliling Toraja kita sering disambut dengan kabut yang menutupi sebagian bukit, tapi kalau beruntung bisa juga mendapatkan langit biru yang cerah. Agak jauh sedikit ke atas bukit kita bisa menyaksikan bentang alam persawahan berbukit dan rumah adat dengan berlatar belakang barisan pegunungan.
Siang harinya kita bisa berkeliling ke beberapa kampung adat yang ada tidak terlalu jauh dari pusat kota, salah satunya Kete Kesu. Kete Kesu terletak di kawasan perbukitan yang dikeliling persawahan sehingga menarik untuk diabadikan dalam frame kamera. Kita juga bisa mengunjungi salah satu kuburan yang terletak di tebing.
Setelah itu kita bisa mengunjungi Lemo untuk melihat kuburan yang terletak di tebing yang curam. Lemo juga dikelilingi perbukitan dan persawahan yang hijau. Alternatif lainnya kita bisa mengunjungi Londa, salah satu komplek pemakaman yang terletak di sebuah tebing batu.
Sore harinya kita bisa menuju ke Batu Tumonga, salah satu tempat untuk menikmati keindahan Tana Toraja dari tempat lebih tinggi. Hamparan luas sawah bertemu dengan panorama bukit ini tentunya lebih nikmat untuk diabadikan sambil menyeruput kopi khas Toraja yang nikmat.
Toraja juga menarik untuk para pencinta langit malam, sayang waktu ke sana dulu peralatan dan skill memotret malam hari saya masih minim. Padahal tentunya banyak lokasi minim cahaya yang bisa kita cari untuk memuaskan kesukaan dengan langit malam. Kalau berkesempatan ke Toraja lagi tentunya saya tidak akan menyianyiakan kesempatan untuk bisa mengabadikan bentangan milky way di atas Tongkonan.
Toraja dari udara juga nampaknya sangat indah untuk bisa diabadikan dalam frame kamera dan video. Drone yang terbang di antara persawahan dan kemudian naik untuk mengabadikan rumah adat berlatar belakang pegunungan tentunya bakalan bisa mendapatkan banyak footage keindahan alam Toraja.
Tapi masih belum tahu kapan lagi bisa ke Toraja dalam waktu dekat ini. Kalau semesta mengijinkan mungkin tahun ini bisa kembali lagi ke Toraja dan mengabadikan “racun” keindahan alam Toraja untuk teman-teman semua.