Sudah beberapa kali saya mendengar teman-teman berbagi keindahan pemandangan alam dari atas puncak gunung Sepikul. Dengan bentangan pebukitan Seribu tentunya sangat menawan kalau dinikmati ketika mentari terbit dari ufuk timur. Dan jadilah tanpa perencanaan yang lama kami memutuskan besok pagi nyunrise ke gunung Sepikul yuk.
Perjalanan
Sekitar pukul dua pagi, kami bertiga berangkat dari Solo menuju Sukoharjo. Adit “Negro”, Bayu dan saya berencana untuk bertemu dengan Dwi “Kebo” di depan pasar Sukoharjo. Jalanan masih lenggang sehingga mobil carry yang kami kendarai bisa melaju kencang membelah jalan Solo – Sukoharjo.
Setelah bertemu Dwi “Kebo”, tujuan berikutnya cari makan. “Ojo nganti aku keluwen ki (Jangan sampai yang menyupir mobil kelaparan)” alasan Adit. Kamipun menggiyakan. Target cari warung makan pinggir jalan di sekitaran Krisak. Ketemu satu, warung soto yang masih buka. Kamipun memesan soto ayam, sedang Negro memesan opor ayam.
Sembari menunggu makanan dihidangkan saya melongok ke atas, keliatan tipis bima sakti membentang di sana, tapi agak kalah dengan polusi lampu kendaraan yang lalu lalang dari Wonogiri – Sukoharjo. Daripada penasaran akhirnya kukeluarkan tripod dan kamera dan mencoba mencari spot yang tidak terkena langsung lampu yang lewat. Lumayan keliatan, tapi kalau ingin mendapatkan komposisi yang lebar agak kesulitan karena perbedaan exposure yang cukup lebar antara langit dan jalan raya.
Setelah beberapa frame terdengar suara dari warung “sotone wes siap lho (sotonya sudah siap lho)”. Dan ritual memotret milky way pun diakhiri berganti makan selepas tengah malam. Tempe goreng kering hangat yang baru dimasak pun menjadi teman soto ayam yang gurih. nyamm nyaammmm
Di jalan menuju lokasi sempat kebingungan, “wes tuo lek (sudah tua nih) alasan jamak kalau kami kelupaan sesuatu, hal yang patut dimaklumi karena faktor U berpengaruh pada daya ingat hahahaha..
Tiba di lokasi parkir masih sepi, tak ada yang jaga jam segini. Kamipun kemudian mulai mencari lokasi untuk mengabadikan milky way yang harusnya sudah dalam kondisi cukup tinggi. Tapi awan berarak banyak menutupi langit. Sempat muncul sekilas dan kemudian kembali hilang di telan gerumbulan awan.
Sunrise di atas Gunung Sepikul
“Kita nyunrise di atas saja yuk” usul Kebo sembari melihat di ufuk timur langit mulai berpedar terang. Perjalanan ke atas tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 15-20 menit jalan santai. Tapi selalu saja kami berjalanan lambat karena banyak becanda nya.
Negro dengan potongan rambut model logan beberapa kali harus menjadi “korban” kegembiraan bayu. “Tokke cakare no.. logan kok “(keluarkan cakarnya donk, kan Logan). Dan kami semua berderai tawa ketika Negro menanggapi dengan dua tangan maju ke depan menirukan gaya wolverin ketika menyerang musuh dengan cakar adamantiumnya.
Sesampai di atas, langit sudah merekah kemerahan. Kebo dan Bayu sudah sibuk dengan kamera masing masing mengabadikan gradasi pagi yang indah. Sepanjang mata memandang tampak barisan bukit seribu yang di beberapa bagian masih tertutup kabut pagi.
Aerial View Gunung Sepikul
Saya mulai mengeluarkan drone yang saya bawa. Agak kesulitan mencari lokasi penerbangan karena batuan karang ternyata mengganggu sinyal drone. Terpaksa untuk menerbangkan drone harus dengan cara dipegang dengan tangan.
Ini pengalaman pertama saya menerbangkan drone dari tangan sendiri. Sempat grogi, dan karena belum pengalaman drone yang saya pegang kehilangan keseimbangan ketika propeler sudah menyala. Drone menyerempet kepala dan bahu, untung tidak parah. Dan setelah cek ulang kondisi drone tidak ada kerusakan apa-apa jadi mulai kembali menerbangkan drone nya, tapi kali ini minta bantuan Bayu untuk memegangi drone nya.
Pemandangan dari udara memang berbeda dengan pandangan ketika kita memotret dengan kamera dari tempat normal. Dengan view aerial kita akan bisa melihat garis besar lokasi kita. Tapi memang kita tidak bisa terlalu banyak mengeksplorasi dengan drone karena keterbatasan waktu. Saya harus bisa memilih apakah fokus ke pengambilan foto atau video aerial. Dan untuk perjalanan ke gunung Sepikul ini memang saya berniat fokus ke video, untuk foto saya pasrahkan ke kamera 360, theta S yang saya gantungkan di bawah drone.
Selain itu drone juga butuh perhatian penuh, sehingga tidak mungkin juga untuk menggunakan drone sembari memotret dengan kamera dslr. Jadi memang pilihan yang sulit ketika berada di tempat bagus, apakah mau memotret pemandangan dengan dslr atau menerbangkan drone, itupun harus dengan pilihan lagi, video atau foto aerial.
Mentari makin beranjak naik, para pengunjung juga mulai berdatangan naik di atas gunung Sepikul. Saatnya berkemas, jangan sampai ada yang tertinggal. Kami pun kembali menuruni jalan setapak yang sama dengan yang kami gunakan untuk naik pagi tadi.
Lain kali kembali lagi ke gunung Sepikul untuk menikmati keindahan alamnya. Untuk video perjalanan ke Gunung Sepikul silakan dinikmati di youtube
https://www.youtube.com/watch?v=mHXBxrHfG6I