Setelah selesai tugas pendokumentasian event sepedaan untuk beberapa teman di Bromo, sekarang saatnya untuk menikmati waktu menikmati keindahan alam dengan lebih perlahan. Saatnya hunting pemandangan malam di Bromo.. yippiiii
Minggu, 12 April 2015, Kabut sudah mulai menutupi desa Cemoro Lawang. Suasana seperti di film silent hill ditambah hawa dingin dengan sukses membuat badan lebih menikmati waktu di dalam selimut sembari menunggu cuaca lebih bersahabat. Selepas makan malam, cuaca malah semakin mendung, walau kabut masih datang dan pergi setiap saat.
Cek terakhir sekitar pukul sepuluh malam dan kondisi tetap mendung menutupi bintang di langit. Setel alarm di hape sekitar pukul 11 malam dan bersiap mengistirahatkan sejenak tubuh, persiapan buat begadang. Weker berdering, bangun, pake jaket, keluar kamar.. masih mendung.. rubah waktu alarm satu jam ke depan, kembali masuk selimut, tidur malam bermimpi hunting bintang, kebangun suara weker, pake jaket, keluar kamar, cek, masih mendung, balik kamar lagi, atur waktu alarm lagi, begitu seterusnya hingga sampai pukul 3 pagi.
Akhirnya diputuskan jam 3 pagi, saya dan om big, keluar mencari lokasi untuk memotret. Siapa tahu nanti cuaca membaik. Setelah menyusuri jalan menuju ke lava view, kami menumukan lokasi yang dirasa cukup bagus untuk mendirikan tenda dan kalau cuaca membaik dihadapan kami adalah lautan pasir dan gunung bromo dan gunung batok.
Sembari berharap cemas, pukul 4 pagi terlewati, kabut tebal masih menutupi sekeliling kami. Pukul 5 pagi pun terlewati dengan sangat lambat. Pupus sudah harapan untuk memotret milky way malam ini. Selanjutnya kami berharap bisa mendapatkan matahari terbit yang cukup bisa melipur lara hati ini. Pukul 5.45 lewat pula dengan kabut masih menutupi pandangan. Tak lama setelahnya bundaran bulat terang menyeruak dari atas kabut, tapi sudah terlalu tinggi untuk diabadikan. Lewat lagi kesempatan memotret sunrise.
Pukul 7 pagi cuaca juga masih sama, tidak berubah, putih memenuhi pandangan. Kami masih berharap bisa mendapatkan view bromo sebelum om Big kembali pulang ke Jakarta, jadi menunggu lagi sembari berleha-leha di dalam tenda.
Sekitar pukul 8 lewat, baru kabut bergeser menampakan pandangan lautan pasir dan punggungan bromo berlatar belakang langit biru. Kesempatan yang dinanti-nantikan, segera kamera masing-masing mulai terpasang di tripod dan irama jepretan shutter kamera mengalun.
Walau tidak terlalu lama, karena kemudian kembali kabut menyelimuti punggungan bromo dan membiarkan kami kembali berada di dalam didalam lingkupan kabut. Tapi kami masih beruntung beberapa frame bromo berlatar belakang langit biru sempat kami abadikan. Mudah-mudahan kami masih sempat mendapatkan malam bertabur bintang selama beberapa hari mendatang