“Dimana bang komodonya ?”tanya penasaran beberapa teman kepada ranger yang menemani kami menyusuri trek medium di pulau Komodo ini. Di depan kami memang saat itu hanya terlihat rimbunan rontokan dedaunan kering diantara ranting ranting kayu. Mata kami mengecap mencoba mencari sang naga yang menurut ranger sering terlihat di sekitar situ. “itu dia..” ucap seorang teman sembari mengarahkan telunjuknya ke arah ranting pohon yang sedikit tertutup bayangan rimbunan pohon. Dan mimpi saya untuk berjumpa langsung dengan sang legenda naga, ora di pulau aslinya ini pun terwujud.
Kami berangkat dari dermaga Labuhan Bajo pagi hari dengan pertimbangan pagi hari cuaca masih baik dan laut tidak terlalu berombak. Dengan menggunakan fast boat kami melaju kencang melewati beberapa pulau yang menguning karena sebagian vegetasi berupa padang ilalang.
Cuaca saat itu memang cukup baik. Angin tidak terlalu kencang, langit biru sedikit berhiaskan awan putih menggantung dan di kaki langit punggungan bukit pulau seperti kadal raksasa yang sedang tertidur
Kami juga berjumpa dengan beberapa kapal kayu yang mengangkut wisatawan menuju pulau Komodo dan beberapa pulau lain di sekitar sana.
Tidak lebih dari satu jam kami sudah merapat di dermaga pulau Komodo. Kalau menggunakan kapal kayu yang lebih lambat butuh waktu lebih lama lagi. Maka biasanya trip ke pulau komodo berupa trip live on board. Dimana para wisatawan menggunakan kapal kayu, yang juga digunakan untuk menginap selama beberapa malam di beberapa lokasi tujuan.
Di ujung dermaga kami disambut patung dua komodo sebagai maskot pulau komodo. Pulau komodo sendiri ditetapkan sebagai salah satu pulau warisan dunia (world heritage site) oleh UNESCO sehingga selain ramai dikunjungi wisatawan domestik juga wisatawan manca negara.
Foto merupakan panorama 360, silakan diputar ke kiri kanan atas bawah untuk melihat sekeliling.
Deretan pohon yang berdaun jarang mungkin karena musim kering yang cukup panjang seakan pagar alami yang menjaga kawasan pulau ini. Berjajar mengapai langit dan membayang di tanah berdebu yang kering, beberapa teman tidak menyianyiakan waktu untuk berpose di bawah deretan pohon ini sembari menunggu rombongan dari kapal lainnya merapat.
Rombongan dibagi beberapa team, dimana masing masing team akan dikawal oleh dua ranger. Ingat komodo di pulau komodo ini dibiarkan bebas lepas tidak dimasukan kandang lho. Dan mereka seringkali menggunakan penyamaran di bawah pohon, di lubang untuk mengelabui mangsanya. Jadi selama perjalanan nanti kita tidak boleh berpisah dari rombongan demi keamanan kami.
Setelah briefing singkat mengenai rute yang akan kami jalani, kami mengambil medium trek, maka rombongan kami pun berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah diberi marka berupa batuan. Selama perjalanan ranger akan memberikan informasi mengenai jenis pohon yang ada di sepanjang rute. Selain itu kami juga bisa bertanya macam-macam mengenai komodo dan akan dijelaskan secara detail oleh para ranger.
O iya ranger dibekali sejenis tongkat yang di ujungnya bercabang dua. mirip kayak ketapel #eaaa. Fungsinya untuk menghalau komodo kalau ada yang iseng mendekati rombongan.
Rute perjalanan ini cukup datar tapi walaupun begitu udara kering dan panas mentari yang menyengat, walau baru sekitar jam sepuluh pagi cukup membuat kami kehabisan energi. Pohon rindang pun tidak terlalu banyak kami jumpai di sepanjang perjalanan. Maka disarankan untuk memakai topi lebar dan juga kaos panjang untuk mengurangi panas.
Tidak begitu jauh kami berjalan kami tiba di salah satu lokasi sumber air yang sengaja dibikin oleh para petugas untuk tempat minum para hewan. Biasanya di sekitar lokasi tersebut ada komodo dan beberapa hewan lainnya. Di tempat itu kami menjumpai komodo yang sedang bermalas-malasan di bawah pohon. “Komodonya kok kesannya jinak ya?” tanya teman.. “Itu kamuflase komodo. Komodo biasanya memang terkesan malas dan tidak mau beranjak supaya korban mereka lengah dan mendekat.” balas ranger. “Jangan salah komodo bisa berlari 18 km perjam lho” tambahnya lagi. “Tapi dalam jarak pendek saja” ucapnya seraya menenangkan kami yang siap ancang-ancang kalau kepala komodo mulai tengak tengok, mungkin mengira kami mangsa mereka :D.
Selain komodo juga terdapat hewan lain yang tinggal di pulau ini, misalnya rusa dan kera.
Setelah melihat beberapa komodo yang sebagian besar berada di bawah rimbunan pohon tujuan kami berikutnya adalah ke bukit Fregata. Dari atas bukit ini kita bisa menikmati pemandangan sekeliling dermaga. Langit biru, laut biru kehijauan dan tanah kering kecoklatan. Sunggu kontras sekali view dari atas bukit ini.
Berada di pulau Komodo serasa berada di pulau di film jurasik park. Kering, berbukit dan dipenuhi komodo. Pengalaman yang perlu dirasakan teman-teman lain lho. Kapan lagi bisa melihat hewan purba ini diam sembari matanya mengamati kita seakan menyampaikan pesan, jaga kami jangan sampai punah.
Beruntung bisa melihat sendiri komodo di alam mereka, selain tentunya banyak pula keragaman alam dan budaya merupakan salah satu Pesona Indonesia yang bisa kita nikmati di sekitar Labuhan Bajo.
Perjalanan 16 hari 6 destinasi ini disponsori penuh oleh Kementerian Pariwisata Indonesia (indonesia.travel).
Untuk foto-foto perjalanan ini juga bisa dilihat di Instagram @widhibek dan @landscapeindonesia dengan hashtag #PesonaIndonesia #SaptaNusantara
Pingback: "Meracuni" Virtual Tour di Batam - Landscape Indonesia