Kaleidoskop Perjalanan 2018
Postingan awal tahun 2019 pastinya mencoba untuk melihat kembali yang sudah terlewati di tahun 2018 kemarin. Ada banyak perjalanan ke […]
Postingan awal tahun 2019 pastinya mencoba untuk melihat kembali yang sudah terlewati di tahun 2018 kemarin. Ada banyak perjalanan ke […]
enat perjalanan semalam masih terasa ketika terbangun di pagi hari. Mentari masih tidak terlalu terasa hangatnya karena pos 2 cukup terlindung di balik pepohonan. Di samping tenda kami sudah terdengar aktivitas masak memasak. “Sugeng Enjing Mar” sapaku membuka hari yang indah ini.
Target kami pos 2. Masih sekitar 3 jam perjalanan dari pos 1. Lumayan ada tambahan tenaga setelah perut terisi nasi goreng dan minuman hangat. Langkah kaki kembali menyusuri jalan setapak yang kondisinya semakin menanjak. Langsung tanpa basa basi, selepas pos 1 sudah ditunggu tanjakan di depan.
Tubuh basah, bercampur antara keringat dan air hujan. Sekitar pukul 6 lebih kami tiba di pintu rimba. Papan penanda bertuliskan pintu rimba dengan segala aturannya seakan menjadi batas peradaban. Berdoalah sebelum mendaki, jangan menebang pohon, stop vandalisme, bawa turun sampah anda, jangan mengambil kayu panjang umur dan jangan mengotori sumber air seakan mengingatkan bahwa kita cuma pengunjung di gunung Dempo.
Perjalanan menuju gunung Dempo dimulai dari pabrik teh di pagar alam. Setelah sebelumnya bertemu dengan pak Anton, atau biasa dipanggil
Setelah registrasi di balai dan bernegosiasi untuk bantuan porter yang akan membantu perjalanan kami selama 3 hari 2 malam di gunung Dempo, sekitar pukul 17.30 kami melangkahkan kaki meninggalkan kampung 4.
Pulau Pahawang merupakan salah satu pesona wisata alam yang ada di provinsi Lampung. Terletak di Teluk Lampung, kita bisa mengunjungi Pulau Pahawang dengan menggunakan transportasi darat sampai ke pelabuhan Ketapang, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke pulau dengan menggunakan perahu yang bisa kita sewa dari pelabuhan.
Awalnya saya berniat untuk menyusuri keindahan alam Belitung selama beberapa minggu. Tapi karena beberapa pertimbangan salah satu dintaranya adalah cuaca yang kurang mendukung dan ada beberapa kerjaan dadakan yang harus saya selesaikan, maka akhirnya saya putuskan hanya beberapa hari menikmati keindahan alam di Belitung ini.
Setelah sebelumnya menjelajahi pesona pantai-pantai eksotis di pulau Beras, kali ini penjelajahan di pulau Beras berlanjut ke salah satu relik peninggalan yang tetap tegak berdiri semenjak masa kolonial. Mercusuar Wiliams torens, sebuah menara penanda tua yang terletak di sebelah utara Pulau Beras.
Setelah perjalanan menelusuri Pulau Nasi atau Peunasu, pulau kecil di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Langkah-langkah kaki saya berlanjut merasakan eksotisme alam di pulau sebelahnya, Pulau Beras atau biasa disebut penduduk sekitar sebagai Pulau Berueh.