Beberapa bulan terakhir, saya mengalami kejenuhan dalam dunia fotografi. Awalnya, saya tidak terlalu menyadarinya. Saya tetap memotret, tetap mengedit, tetap memenuhi deadline. Tapi perlahan, ada sesuatu yang berubah. Setiap kali saya mengangkat kamera, tidak ada lagi perasaan seperti dulu melihat sesuatu dari viewfinder kamera (karena sekarang lebih banyak pakai LCD juga sih hehehe). Seperti sesuatu yang dulu membuat saya bersemangat kini terasa berat, bahkan sekadar menekan tombol shutter terasa seperti kewajiban semata.
Dulu, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencari cahaya yang sempurna, merencanakan besok hunting kemana atau menunggu momen yang tepat tanpa merasa terbebani. Sekarang, setiap pemotretan terasa seperti tugas yang harus diselesaikan, bukan sesuatu yang saya nikmati. Ada tekanan, ada ekspektasi, dan ada rasa lelah yang semakin lama semakin sulit diabaikan.
Tak hanya dalam fotografi, kejenuhan ini juga merambat ke proyek-proyek pribadi saya. Salah satu yang paling terasa adalah website landascapeindonesia.com. Karena kesibukan tahun sebelumnya, saya sampai tidak sempat mengurusnya. Bahkan, saya sampai lupa memperpanjang domainnya, hingga akhirnya terhapus. Saat menyadari hal ini, ada rasa sesal yang cukup dalam.
Sempat terpikir untuk menghentikan semuanya—tidak hanya website, tetapi juga proyek-proyek lain yang dulu saya bangun dengan penuh semangat. Namun, setelah merenung, saya memutuskan untuk tetap melanjutkan, meskipun dengan domain yang berbeda, berubah menjadi landscape-indonesia.com dan mood yang masih naik-turun. Saya tahu, jika saya benar-benar berhenti, mungkin saya akan menyesal lebih dalam lagi.
Table of Contents
Apa yang Menjadi Kendala?
Rutinitas yang Membunuh Secara Perlahan.
Selama hampir delapan bulan, saya harus memotret dokumentasi kegiatan setiap hari. Setiap hari, saya berhadapan dengan situasi yang kurang lebih sama—angle yang sudah familiar, pencahayaan yang serupa. Banyak kejutan, banyak spontanitas. Tapi saya mulai merasa seperti mesin yang hanya menjalankan prosedur tanpa ada ruang untuk bereksperimen atau merasakan kembali kesenangan dari menangkap momen secara alami.
Tekanan untuk Selalu Berhasil
Sebagai fotografer profesional, saya harus memastikan setiap hasil sempurna. Klien tidak peduli jika saya sedang kelelahan atau kehilangan inspirasi. Mereka hanya menginginkan foto terbaik, dan itu adalah tanggung jawab saya. Tekanan ini lama-lama menggerus kesenangan dalam memotret.
Kurangnya Eksplorasi Pribadi
Di awal karir, saya sering memotret hanya untuk diri sendiri. Saya memotret karena saya suka, karena saya ingin mengabadikan momen, karena saya ingin mengekspresikan sesuatu. Tapi sekarang, semua foto yang saya ambil memiliki tujuan untuk kepentingan bisni. Saya jarang lagi mengambil gambar hanya karena saya ingin.
Fisik dan Mental yang Lelah
Memotret itu bukan sekadar berdiri dan menekan tombol. Ada perencanaan, ada interaksi dengan subjek, ada editing, dan ada revisi. Semua ini bisa sangat melelahkan, terutama ketika dilakukan setiap hari tanpa jeda, dan bahkan kadang sampai larut malam hingga menjelang dini hari.
Bagaimana Mengatasinya?
Saya tidak ingin kehilangan cinta saya pada fotografi. Saya tahu bahwa kejenuhan ini bukan akhir, hanya sebuah fase yang harus saya lewati. Jadi, saya mencoba beberapa cara untuk kembali menemukan gairah saya dalam memotret:
Mencoba Proyek Pribadi
Saya memutuskan untuk kembali memotret hanya untuk diri sendiri. Saya mulai kembali membuka catatan catatan lama yang dulu pernah ingin saya lakukan. Mengevaluasi kembali mana yang bisa menumbuhkan kembali perasaan cinta saya dengan kamera dan cahaya.
Beristirahat Sejenak
Saya sempat merasa bersalah ketika ingin berhenti sejenak dari kamera. Tapi saya sadar, istirahat bukan berarti menyerah. Kadang, menjauh sebentar dari sesuatu yang kita cintai justru membuat kita lebih menghargainya saat kembali.
Menikmati Fotografi Sebagai Hobi Lagi
Saya mulai memotret tanpa ekspektasi. Saya mengambil foto tanpa harus mengeditnya dengan sempurna, tanpa harus membagikannya ke media sosial. Saya membiarkan diri saya menikmati prosesnya lagi, seperti saat pertama kali jatuh cinta pada fotografi.
Kesimpulan
Kejenuhan dalam fotografi, terutama saat menjadi bagian dari pekerjaan, adalah hal yang wajar. Tapi itu tidak berarti kita harus berhenti. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah perubahan kecil dalam cara kita melihat dan merasakan fotografi.
Sekarang, meskipun belum sepenuhnya pulih dari kejenuhan ini, saya merasa jauh lebih baik. Saya tahu bahwa saya masih mencintai fotografi, dan saya akan terus mencari cara untuk menjaga api itu tetap menyala. Sama halnya dengan website landscape-indonesia.com, meski sempat terabaikan dan harus memulai ulang, saya sadar bahwa yang terpenting bukanlah nama domainnya, melainkan bagaimana saya tetap bisa berbagi dan menikmati perjalanan ini.
Bagaimana dengan kalian? Pernah mengalami hal yang sama? Yuk, saling berbagi pengalaman di kolom komentar