Di atas, beberapa teleskop sudah terpasang, mengarah sedikit condong ke atas. Sementara bulan yang malam itu bulat sempurna memancar terang di antara barisan gedung apartmen. Anak-anak tampak berdecak kagum sembari mengamati bulan yang terlihat jelas dan detail dari balik lubang intip teleskop. Pengalaman pengamatan gerhana bulan pertama kali buat saya di Planetarium Jakarta.
Malam kemarin, 7 Agustus 2017, bareng beberapa teman, saya melipir ke Planetarium yang berada di lokasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini. Gedung berbentuk beberapa silinder kubah berwarna biru ini masih terlihat dipenuhi aktivitas para pengunjung.
Sempat salah masuk di gedung depan, ternyata untuk pengamatan gerhana bulan partial ini masuk dari pintu samping. “keluar, belok kanan, lalu belok kanan lagi, masuk dari pintu samping” ucap salah satu petugas ketika saya tanya.
Di gedung sebelah tampak ramai aktifitas beberapa pengunjung yang bertujuan untuk melakukan pengamatan gerhana bulan sebagian malam ini. Antrian dibagi menjadi beberapa kelompok. Sempat saya lihat di meja ada tulisan penunjuk untuk pendaftar nomer 50-200. Ternyata pendaftaran pengamatan gerhana bulan bisa dilakukan melalui online dan sudah terdaftar hingga 200 pendaftar. Saya sendiri ikutan karena ditawari teman, Yudhi, yang sudah mendapat 4 pendaftar, tapi salah satu temannya berhalangan ikut.
Sekitar pukul delapan malam kurang antrian menuju ke ruang bintang pun dibuka. Kami mengular menuju lantai dua yang ternyata berisi ruangan dengan layar berbentuk kubah.
Penjelasan mengenai bulan dan beberapa gejala alam yang terjadi pun mengisi waktu kami di dalam ruang berkubah ini. Setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab tentang fenomena gerhana bulan.
Gerhana bulan sebagian ini memang tidak semenarik gerhana bulan total, karena hanya sebagian dari permukaan bulan yang tertutup. Tapi hal ini tidak menyurutkan minat beberapa anak seukuran sd – sma yang berkumpul malam itu di balkon atas planetarium. Beberapa teropong yang dipandu oleh rekan-rekan dari himpunan astronomi amatir jakarta ini langsung ramai diserbu mereka.
Bulan yang saat itu masih belum masuk fase gerhana, karena gerhana bulan malam ini baru bisa dinikmati selepas pukul 22.40 hingga pukul 2 pagi, menjadi obyek pengamatan yang menarik untuk mereka.
Selain itu saturnus dengan cincin nya juga sempat terlihat, walau kecil dari balik layar bidik teleskop.
Terima kasih untuk pengalaman pengamatan gerhana bulan di Planetarium, walau saya tidak menunggu sampai gerhana, tapi saya yakin pengalaman ini akan berharga dan membekas untuk adik-adik kita. Dan semoga ada beberapa dari mereka yang nantinya setelah dewasa tertarik dan mau menekuni dunia astronomi yang tanpa batas.
Pingback: Meracuni Keindahan Milky Way | Planetarium Jakarta - Landscape Indonesia