Tips Mengabadikan semburat senja

Salah satu agenda wajib ketika melakukan perjalanan adalah mengabadikan matahari terbit dan terbenam. Untuk sebagian teman, menikmati matahari terbit terkadang jadi beban berat karena berarti harus bela-belain bangun lebih pagi buat sekedar mencari lokasi yang tepat untuk melihat sang munculnya sang surya. Matahari terbenam bisa jadi pilihan yang lebih tepat buat para tukang tidur yang enggan beranjak pagi. Karena biasanya setelah kita berkeliling dari satu tempat ke tempat lain kita bisa meluncur ke lokasi yang memungkinkan untuk menikmati keindahan terbenamnya mentari.

Untuk mendapatkan hasil matahari terbenam yang bisa kita pamerkan kepada teman-teman ketika pulang ada beberapa tips yang mungkin berguna :

1. Sempatkan melakukan riset (sekecil apapun)

walau mungkin banyak yang suka melakukan perjalanan tanpa perencanaan (kadang saya juga sering begitu sih) tapi ada baiknya kita paling tidak tahu di mana arah mata angin. Jangan sampai kita nongkrong dari jam 4 sore ternyata lokasi yang kita pantengin menghadap ke timur.

Cara paling cepat apalagi kita tidak sempat riset awal sebelum perjalanan adalah dengan bertanya kepada penduduk setempat. ini salah satu metode yang kadang kalau ketemu dengan orang yang tepat bisa sangat membantu, tapi kalau lagi apes bertemu dengan orang yang kurang paham bisa salah kaprah. Seperti kejadian minggu lalu, ketika nongkrong di lantai 3 tempat menginap menunggu gerhana bulan dan dengan pede bertanya kepada salah seorang staff penginapan. “om bulan muncul dari mana ?”, si staff nya menjawab dengan pede sembari menunjuk ke satu arah “kemarin dari sebelah sana bang, tapi sekarang belum keliatan”. Dan bodohnya lagi saya juga tidak mengkroscek arah yang ditunjuk itu arah mana. Setelah beberapa menit menunggu bulan belum muncul karena memang arah yang tadi ditunjuk itu tertutup mendung, saya melangkah mundur dan memutari bangunan… eaaalahhh bulan sudah muncul dengan terangnya di balik gedung sebelah. ampun dehhhh

2. Maksimalkan peralatan yang ada

Tidak semua pejalan membawa peralatan yang lengkap untuk memotret. Kecuali memang kalau tujuan jalan-jalannya seperti saya, memotret sembari jalan-jalan :D. Ada yang di rumah punya bodi kamera lebih dari satu dan lensa mulai dari gelang merah, kuning sampai putih. Tapi pas jalan yang dibawa cuma satu body dan mungkin satu dua lensa. Ada juga yang cukup membawa kamera poket. Kalau cuma bawa dslr dengan satu lensa wide, coba cari komposisi yang menarik dan tunggu hingga mentari mendekati horizon. Gunakan bukaan terkecil (f/16 atau f/22) karena pantulan sinar matahari yang mendekati garis horizon biasanya tertangkap menyerupai cahaya bintang sehingga membuat foto kita menjadi lebih wow. Tapi karena menggunakan bukaan kecil sehingga shutter speednya biasanya rendah. Dan ini bisa diatasi dengan menggunakan tripod dan cable release atau kalau kamera tehnologi terbaru bisa menggunakan setelan iso yang tinggi. Selain itu kalau dengan lensa wide jangan terpaku dengan matahari nya saja, karena bentuknya yang hanya bulatan kecil saja di frame. Kita bisa memanfaatkan foreground yang menarik untuk menjadikan komposisi foto matahari terbenam kita lebih menarik. Kalau beruntung membawa lensa tele, kita bisa lebih berfokus kepada matahari terbenam nya. Seringkali kita bisa menemukan foreground yang menarik yang melengkapi komposisi kita. Misalnya kalau di laut ada kapal nelayan yang melintas di bawah bulatan matahari. Bisa juga memanfaatkan obyek yang ada menjadi siluet penghias frame, misalnya ranting pepohonan. Kalau cuma membawa lensa kits 18-55 bagaimana bang ? ya ndak ma-ma, lensa kits biasanya mempunyai rentang dari wide sampai standar.intinya hampir sama, kita bisa mencari komposisi yang menarik. bisa dengan foreground, siluet, refleksi, dll. kalau kamera poket gimana mas ? ya sama sih. coba pakai mode sunset yang biasanya ada di pengaturan scene kamera supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari kamera poket Anda.

3. Jangan keburu pulang setelah matahari terbenam

Beberapa kali saya mengalami pemandangan yang indah terjadi setelah bulatan matahari menghilang di cakrawala. Semburat warna seperti kuasan lukisan menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari (#eaaa..itukan lagu bintang kecil). Biasanya setelah matahari angslup kita bergegas pulang meninggalkan lokasi. Entah karena alasan matahari sudah menghilang atau bisa juga keburu nanti gelap. Nah kalau memang berniat hunting sunset persiapkan senter donk. Sekarang kan juga banyak handphone yang bisa digunakan buat lampu senter. Omong-omong soal hape bersenter jadi ingat ada teman yang beralasan beli hape baru karena salah satu fasilitasnya bisa buat lampu sorot hahahahaha. Jangan lupa ingat-ingat pula jalan pulang, karena biasanya kalau gelap kita sering salah koordinasi.

4. Berharap yang terbaik bersiap yang terburuk

Tidak setiap perjalanan hunting matahari terbenam saya berakhir dengan foto-foto indah menawan bertabur warna keemasan kok. Seringan bahkan cuma dapat foto awan mendung menggayut tepian cakrawala. Atau malah sialnya tiba-tiba hujan turun sesaat sebelum mentari terbenam. Yah namanya juga motret di alam yang tidak bisa diprediksi. Tapi jangan sampai hal itu membuat kita bete, bad mood, ngambek atau merajuk. Cari alternatif hal-hal lain yang bisa difoto kalau memang kondisi tidak memungkinkan. Bisa dengan memotretin obyek-obyek menarik di dekat lokasi. Atau memotreti orang yang bete karena matahari tidak tampak tertutup mendung. Atau bisa juga tidak memotret apa-apa, hanya sekedar menikmati suasana pergantian hari.

5. Menikmati matahari terbenam memang indah, tapi lebih indah lagi kalau didampingi pasangan

Ini ungkapan buat yang melakukan perjalanan ditemani pasangan yaaaa.. kl jalan sendirian ya siap-siap buat meluk tripod atau pohon kelapa 😀 #eaaa #bletak #akurapopo

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top